Ketika membahas mengenai penyakit diabetes, mungkin Anda sudah tidak asing dengan penyakit diabetes tipe 1, tipe 2 atau diabetes melitus, bahkan diabetes pada ibu hamil atau gestasional. Namun, jika ditinjau dari segi medis, ada salah satu jenis diabetes yang mungkin belum pernah Anda kenali sebelumnya, yakni diabetes insipidus. Lantas apa yang dimaksud dengan jenis diabetes yang satu ini? Diabetes insipidus adalah suatu kondisi dimana keseimbangan cairan dalam tubuh terganggu sehingga menyebabkan meningkatnya frekuensi buang air kecil, dan rasa haus berlebih.
Lantas apa saja yang menjadi penyebab penyakit diabetes jenis tersebut? Apakah gejala yang ditimbulkan sama dengan jenis diabetes lainnya? Dan bagaimana cara mencegahnya yang benar? Untuk selengkapnya perhatikan ulasan berikut.
Apa itu Diabetes Insipidus?
Menurut tinjauan dari dr. Patricia Lukas Goentoro dari Hello Sehat, diabetes insipidus merupakan jenis diabetes yang sangat minim terjadi pada seseorang. Penyakit tersebut bisa terjadi pada siapa saja, baik usia dewasa ataupun bayi. Penyakit tersebut cenderung terjadi pada jenis kelamin laki-laki. Jika dilihat dari tanda gejalanya, penyakit diabetes insipidus hampir menyerupai diabetes melitus.
Penyakit tersebut juga membuat seseorang mudah mengompol atau sulit untuk menahan kencing pada malam hari. Diabetes insipidus dapat menyerang seseorang, bukan karena produksi insulin pada pankreas terganggu. Namun, penyakit tersebut terjadi karena adanya masalah pada fungsi ginjal sehingga menyebabkan peningkatan frekuensi buang air kecil.
Jenis Diabetes Insipidus
Berikut beberapa jenis diabetes insipidus yang wajib Anda ketahui, menurut tinjauan dari dr. Patricia Lukas Goentoro.
1. Polidipsia primer
Mengonsumsi cairan seperti air mineral, mungkin dapat mengatasi masalah dehidrasi. Namun, jika jumlah konsumsi cairan dalam tubuh terlalu berlebihan justru menyebabkan masalah medis lainnya, seperti polipsia primer. Kondisi medis tersebut, dapat merusak mekanisme tubuh dalam mengidentifikasi rasa haus. Akibatnya tubuh akan selalu merasa kehausan meski Anda sudah mengonsumsi cairan dalam jumlah yang banyak.
Kondisi tersebut terjadi karena mengonsumsi cairan yang terlalu berlebihan dapat memperbesar tekanan sekresi vasopresin sehingga frekuensi buang air kecil Anda meningkat. Kondisi polipisa primer kerap kali terjadi pada seseorang yang memiliki riwayat operasi, terkena peradangan dan infeksi, serta mengalami cedera dan tumor di kepala.
2. Diabetes insipidus gestasional
Ibu yang sedang hamil, juga dapat berpotensi terkena diabetes insipidus gestasional. Hal tersebut terjadi biasanya akibat adanya kerusakan vasopresin atau hormon ADH pada tubuh. Kerusakan tersebut disebabkan oleh enzim yang terbentuk dari plasenta bayi. Pada kondisi lain, diabetes insipidus gestasional terjadi karena produksi prostaglandin (hormon pada ginjal yang berfungsi menghambat sensitivitas vasopresin) yang berlebihan.
3. Diabetes insipidus nephrogenic
Jenis diabetes insipidus yang satu ini terjadi akibat ginjal tidak dapat mengidentifikasi vasopresin sehingga aliran darah mengeluarkan cairan secara terus menerus. Kondisi ini biasanya terjadi akibat beberapa faktor berikut.
- Faktor keturunan
- Rendahnya kadar kalium dalam darah
- Tingginya kadar kalsium dalam darah
- Adanya penyumbatan pada saluran kemih
- Mengonsumsi obat-obatan seperti demeclocycline dan lithium
- 4. Diabetes insipidus sentral
Jenis diabetes insipidus yang satu ini diakibatkan karena adanya kerusakan pada hipofisis atau kelenjar hipotalamus. Kondisi tersebut menyebabkan gangguan pada saat hormon vasopresin diproduksi, disimpan, dan dilepaskan. Kerusakan tersebut dapat diakibatkan oleh cedera kepala, tumor, operasi otak hingga penyakit meningitis.
Baca Juga : Ciri-Ciri Penyakit Diabetes dan Pencegahannya
Penyebab Diabetes Insipidus
Berikut beberapa hal yang dapat menyebabkan seseorang terkena diabetes insipidus, menurut dr. Patricia Lukas Goentoro.
1. Adanya gangguan pada kelenjar hipofisis
Kelenjar hipofisis atau kelenjar hipotalamus dapat menghasilkan hormon antidiuretik alami yang berfungsi menjaga keseimbangan cairan tubuh. Apabila kelenjar tersebut terganggu, maka akan mempengaruhi fungsi organ ginjal dalam menyeimbangkan cairan dalam tubuh. Akibatnya keseimbangan cairan dalam tubuh terganggu dan memicu penyakit diabetes insipidus.
2. Adanya gangguan pada hormon ADH
Hormon ADH dikenal juga dengan istilah vasopresin. Hormon ini berfungsi sebagai hormon yang berperan penting dalam keseimbangan cairan dalam tubuh. Apabila hormon tersebut mengalami gangguan, secara otomatis keseimbangan cairan dalam tubuh juga ikut terganggu. Pada seseorang dengan jenis kelamin laki-laki akan berpotensi memicu risiko terkena diabetes insipidus sentral dan nephrogenetic. Sedangkan pada kaum perempuan, memicu risiko terkena diabetes insipidus gestasional.
3. Faktor genetik
Seseorang yang memiliki keluarga dengan riwayat penyakit diabetes insipidus, akan berpotensi mengalami penyakit yang sama.
4. Kadar kalsium terlalu tinggi dan kadar kalium terlalu rendah
Meningkatnya kadar kalsium dalam darah yang terlalu tinggi, serta penurunan kadar kalium dalam darah yang terlalu rendah dapat memicu kerusakan fungsi ginjal. Organ tersebut akan kesulitan dalam merespons hormon ADH (vasoprin) sehingga memicu terkena diabetes insipidus nefrogenik.
5. Mengonsumsi obat-obatan tertentu
Mengonsumsi obat-obatan seperti dumocycline dan lithium dapat memicu penyumbatan saluran kemih, hingga menurunkan fungsi ginjal dalam merespons hormon ADH. Kondisi tersebut dapat menyebabkan seseorang berpotensi terkena diabetes insipidus nefrogenik.
6. Terlalu berlebihan dalam mengkonsumsi cairan
Mengonsumsi cairan yang berlebihan dapat memicu terkena polidipsia primer karena terlalu menekan sekresi hormon ADH. Kondisi tersebut dapat memicu peningkatan frekuensi buang air kecil sehingga seseorang mengalami dehidrasi.
Baca Juga : Penyakit Diabetes: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengobati
Gejala Diabetes Insipidus
Berikut tanda gejala seseorang terkena diabetes insipidus, menurut dr. Patricia Lukas Goentoro.
- Tubuh mudah merasa kedinginan
- Kulit menjadi kering secara tiba-tiba
- Berat badan mengalami penurunan secara signifikan
- Pada usia bayi, dapat menyebabkan bayi menjadi rewel tanpa ada sebab, dan menangis secara terus menerus.
- Muntah
- Diare
- Demam
Cara Pencegahan dan Mengobati Diabetes Insipidus
Menurut dr. Patricia Lukas Goentoro, ada beberapa cara mencegah dan mengobati diabetes insipidus yang tepat. Berikut cara selengkapnya.
1. Mengkonsumsi air mineral (cairan) secukupnya saja jika haus
Cara mencegah dan mengobati penyakit diabetes insipidus secara mudah adalah dengan mengonsumsi air mineral atau cairan secukupnya saja ketika haus. Anda bisa mengonsumsi cairan layaknya mencegah dehidrasi dalam tubuh. Anda bisa mengikuti anjuran konsumsi air mineral berdasarkan ahli endokrin seperti mengonsumsi 2,5 liter air mineral setiap harinya.
2. Mengonsumsi pengganti gula Thermolyte Sweetener
Cara kedua, Anda bisa menghentikan penggunaan gula sebagai pemanis agar tidak memicu peningkatan kadar glukosa dalam tubuh. Kadar glukosa yang berlebihan dapat memicu tekanan yang lebih besar saat sekresi vasopresin. Kondisi tersebut dapat membuat Anda tidak kuasa menahan kencing dan menyebabkan mengompol.
Anda bisa mengganti gula dengan Thermolyte Sweetener. Pemanis ini mengandung tiga bahan pemanis alami yang tidak memiliki kalori seperti maltodextrin, sorbitol, dan sukralosa. Ketiga kandungan tersebut dapat memberikan beberapa manfaat seperti berikut.
- Menstabilkan kadar gula yang tinggi menjadi normal kembali.
- Tidak memberatkan fungsi pankreas dalam memproduksi insulin.
- Tidak menyebabkan peningkatan kadar gula dalam tubuh sesaat di konsumsi.
- Dapat memberikan rasa manis layaknya gula sehingga dapat memanjakan lidah para penderita diabetes. Kondisi ini dapat menurunkan risiko depresi dan meningkatkan semangat penderita diabetes dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Hal tersebut terjadi karena Thermolyte Sweetener mengandung sukralosa yang dapat memberikan rasa manis hingga 600x lipat dari gula pasir.
Mengingat rasanya yang lebih manis dibandingkan gula, Anda perlu memperhatikan cara penyajian yang tepat agar tidak kemanisan. Untuk penyajian minuman seperti kopi, teh, jus, dan minuman lainnya, Anda bisa menambahkan 1 sachet Thermolyte Sweetener ke dalam 250 ml minuman tersebut. 1 sachet pemanis tersebut setara dengan 15 gram atau 3,5 sendok teh gula pasir sehingga Anda tidak perlu menambahkan pemanis ini secara berlebihan. Sedangkan untuk membuat kue kering, puding, dan hidangan penutup lainnya, Anda bisa menggunakan 7 sachet pemanis tersebut untuk mengganti 100 gram gula pasir.
3. Konsultasi dengan dokter
Langkah selanjutnya, Anda bisa berkonsultasi dengan dokter mengenai jumlah cairan yang harus Anda konsumsi. Terutama jika Anda sedang menjalani terapi desmopressin. Anda juga dapat berkonsultasi dengan dokter mengenai pengobatan yang perlu Anda lakukan.
4. Melakukan terapi desmopressin
Terapi ini biasanya dianjurkan oleh dokter apabila kondisi diabetes insipidus Anda terlalu parah. Terapi ini perlu Anda lakukan agar kinerja ginjal dapat berfungsi dengan baik ketika memproduksi urine. Biasanya dokter akan memberikan Anda obat oral dan semprotan hidung dalam terapi medis tersebut.
5. Melakukan terapi diuretik
Terapi ini biasanya dilakukan untuk mengatasi diabetes insipidus nefrogenik yang tidak dapat diatasi dengan terapi desmopressin. Biasanya dokter akan menyarankan Anda mengonsumsi obat anti peradangan NSAID dan thiazide (obat diuretik).
Demikian pembahasan mengenai apa itu diabetes insipidus hingga cara yang bisa Anda praktikan untuk mencegah diabetes insipidus. Selamat mencoba!